Talcott Parsons

Asumsi dasar dari teori Talcott Parsons terpengaruh terminologi organisme dalam teori Emile Durkheim “The Division of Labour”. Dengan melihat masyarakat merupakan secara keseluruhan tidak bisa dipandang sendiri atau dibagi ke dalam bagian-bagian. Keseluruhan tersebut adalah bagian dari sistem, sistem terbentuk dalam rangka memenuhi fungsi pokok atau kebutuhan yang harus dipenuhi. Pada akhirnya setiap sistem memiliki keserasian fungsi untuk memenuhi kebutuhan anggotanya. Adanya sistem dan keserasian dikatakan Durkheim adalah fakta sosial yang sifatnya universal dan memaksa.

Pertentangan kuno antara materialisme dan idealisme menjadi persoalan penting dalam karyanya yakni dalam berbagai positivisme dan idealisme yang dirangkai Parson menjadi teori tindakan. Tindakan adalah perilaku yang disertai aspek upaya subjektif dengan tujuan membawa kondisi-kondisi situasional atau isi kenyataan, lebih dekat pada kenyataan yang ideal atau yang ditetapkan secara normatif. Tindakan dalam sistem terbagi menjadi dua yaitu tindakan yang bersifat volunteristik atau bebas. Tindakan individual yaitu terikat dengan nilai-nilai, norma, hukum, rasional dan segala aturan yang berlaku.

Fungsionalisme struktural Parsons dengan empat impertif fungsional untuk semua sistem tindakan. Untuk dapat memahami teorinya ia membuat skema yang dinamakan AGIL. Yang menjadi dasar skema AGIL adalah suatu fungsi merupakan suatu kompleks kegiatan-kegiatan yang diarahkan kepada pemenuhan suatu kebutuhan-kebutuhan sistem tersebut. Adaptation (A) merupakan sisitem harus mengatasi kebutuhan mendesak yang bersifat situasional eksternal. Sistem itu harus beradaptasi dengan lingkungannya dan mengadaptasikan lingkungannya dengan kebutuhan-kebutuhannya. Disebutnya organisme behavioral adalah sistem tindakan yang menangani fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri dan mentransformasikan dunia eksternal. Goal Attainment (G) atau pencapaian tujuan, suatu sistem harus mendefinisikan dan mencapat tujuannya. Yang melaksanakan fungsi pencapaian tujuan adalah sistem kepribadian dengan cara mendefinisikan tujuan-tujuan sistem dan memobilisasi sumber-sumber daya untuk mencapainya. Integration (I), suatu sistem harus mengatur antarhubungan bagian-bagian dari komponennya. Ia juga harus mengelola hubungan di antar tiga imperatif lainnya yaitu A, G, L. Sistem sosial menangani fungsi integrasi dengan mengendalikan bagian-bagian komponennya. Latensi (L), pemeliharaan pola, suatu sistem harus menyediakan, memelihara, dan memperbaharui baik motivasi para individu maupun pola budaya yang menciptakan dan menopang sistem itu. Fungsi latensi terlaksana karena adanya sistem budaya dengan menyediakan norma-norma dan nilai-nilai bagi para aktor yang memotivasi mereka untuk bertindak.

Pembahasan tentang skema AGIL, Parsons memiliki level atau tingkatan dalam menganalisis hubungan-hubungan suatu sistem. Namun level-level atau tingkatan-tingkatan dapat disatukan dengan dua cara. Pertama, setiap level yang lebih rendah memberikan kondisi-kondisi, energi yang diperlukan oleh level yang lebih tinggi. Kedua, level-level yang lebih tinggi dapat mengendalikan level di bawahnya dalam hierarki. Implementasi dalam sistem tindakan level yang paling rendah adalah lingkungan fisik dan organik, meliputi aspek-aspek nonsimbolik tubuh manusia, anatomi serta fisiologinya. Sedangkan level tertinggi adalah realitas terakhir, bau metafisik yang menunjuk secara simbolis kepada ketidakpastian-ketidakpastian manusia yang menentang kebermaknaan organisasi sosial. Diantara level paling rendah dan level palng tinggi terdapat sistem budaya, sistem sosial, sistem kepribadian, dan organisme behavioral.

Kritik terhadap teori sistem tindakan, dikatakan bahwa sistem tindakan Parsons dijumpai masalah ketertiban. Yaitu hal yang mencegah perang sosial semua lawan semua. Pada kesempatan lain Parsons mampu menemukan jawaban atas kritik tersebut dengan asumsi-asumsi. Sistem-sistem mempunyai khasiat ketertiban dan kesalingtergantungan bagian-bagiannya, sistem cenderung menuju ketertiban atau kesinambungan yang terpelihara sendiri, sistem mungkin statis terlibat dalam perubahan yang teratur, sifat dasar satu bagian dari sistem mempunyai dampak pada bentuk yang dapat diambil bagian-bagian lain, sistem memelihara batas-batas dengan lingkungan-lingkungannya, alokasi dan integrasi merupakan dua proses dasar dalam pencapaian keadaan seimbang tertentu dalam suatu sistem, sistem-sistem cenderung menuju pemeliharaan sendiri yang melibatkan pemeliharaan perbatasan dan hubungan bagian-bagian dengan keseluruhan, pengendalian variasi lingkungan dan pengendalian pengubahan sistem dari dalam.

Selain sistem tindakan, Parsons mengemukakan konsep sistem sosial dimulai dari level ego dan alterego. Suatu sistem sosial didasarkan pada suatu pluralitas para aktor individual yang berinteraksi satu sama lain dalam satu situasi yang setidaknya mempunyai aspek fisik atau lingkungan. Didefinisikan dan dimediasi dalam kerangka suatu simbol-simbol yang terstruktur dan dianut bersama secara budaya. Sistem sosial merupakan pusat perhatian Parson dan mendefinisikan ke dalam tiga bagian bahasan. Pertama, menelaah integrasi dalam sistem sosial itu sendiri. Artinya sistem sosial didasarkan pada suatu pluralitas individu yang berinteraksi satu sama lain. Kedua, sistem sosial dengan pola kebudayaan. Berinteraksi satu sama lain di dalam suatu situasi yang mempunyai aspek fisik atau lingkungan, disatukan dalam suatu kerangka sistem simbol-simbol yang terstruktur dan dianut bersama secara budaya. Ketiga, hubungannya sistem sosial dengan integrasi masyarakat yaitu dari interaksi yang melibatkan lingkungan fisik kemudian menjadikan motivasi individu sebagai aktor untuk optimalisasi kepuasan dalam rangka pemuasan kebutuhan.

Dalam analisis atas sistem sosial yang dianggap sebagai sistem interaksi, pada kenyataannya Parsons tidak menganggap interaksi adalah unit fundamental dalam studi sistem sosialnya. Parsons tertarik pada komponen struktur-strukturnya, selain itu juga memperhatikan status dan peran. Komponen-komponen sistem sosial berskala besar seperti kolektivitas, norma-norma dan nilai-nilai. Komponen tersebut adalah merupakan struktur salam sistem sosial, Parsons juga menggambarkan persyaratan fungsional suatu sistem sosial. Pertama, sistem-sistem sosial harus terstruktur sehingga meraka dapat bekerja dengan mudah bersama dengan sistem lainnya. Kedua, agar tetap ada, maka sistem sosial harus mendapat dukungan dari sistem lainnya. Ketiga, sistem harus memenuhi suatu proporsi signifikan kebutuhan para aktornya.keempat, sistem harus mendapat partisipasi memadai dari para anggotanya. Kelima, harus memiliki suatu kendali minimal terdapat satu kendali atas perilaku yang berpotensi menimbulkan kekacauan. Keenam, jika terdapat konflik yang menganggu maka secepatnya konflik dikendalikan. Ketujuh, suatu sistem sosial hendaknya memiliki suatu bahasa agar dapat lestari.

Menurut Parsons kebudayaan sebagai kekuatan utama yang mengikat berbagai unsur dunia sosial atau dalam istilahnya sistem tindakan. Budaya menengahi interaksi di kalangan para aktor dan mengintegrasikan kepribadian sistem-sistem sosial. Maka dari itu dalam sisitem sosial kebudayaan diinternalisasi oleh aktor. Akan tetapi, sistem budaya bukan hanya suatu bagian dari sistem-sistem lain, ia juga mempnyai eksistensi terpisah berupa persediaan sosial, ide, pengetahuan, simbol.

Teori dari Talcott Parsons telah memaparkan fungsional sistem sosial, juga memfokuskan pada hubungan-hubungan mereka satu sama lain (fungsionalisme masyarakat).  Dalam berlangsungnya sistem sosial, diawali dengan sistem tindakan yang digambarkan Parson dengan skema AGIL yang saling berhubungan menjadi sistem. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa semua sistem berasal dari tindakan yang volunteristik dan bebas. Meskipun individu atau aktor dapat bertindak volunteristik atau bebas, namun merupakan bagian masyarakat maka harus bersifat individual yang teikat oleh nilai, norma, rasional dan hukum. Individu bebas melakukan tindakan asalkan tetap terstruktur dan dibatasi oleh kekuasan, agama yang menjadikan terbentuknya status dan peran dalam sistem dan masyarakat.

 

 

Daftar Pusataka

Rizter, George. 2010. “Teori Sosiologi Modern Dari Sosiologi Klasik sampai perkembangan terakhir post modern, edisi kedelapan”. Pustaka pelajar : Yogyakarta.

Beilharz, Peter. 2005. Teori-Teori Sosial (Observasi Kritis Terhadap Para Filosof Terkemuka. Pustaka pelajar : Yogyakarta.

Nanang Martono. . Sosiologi Perubahan Sosial (Perspektif Klasik, Modern, Postmodern dan Poskolonial. Raja GrafindoPersada : Jakarta

Leave a comment