REVIEW NOVEL “Lukisan Dorian Grey”

 

 

Lukisan Dorian Gray diterjemahkan dari dari The Picture of Dorian Gray terbitan Penguin Books tahun 1994, yang masih terdiri dari 13 bab. Novel yang ditulis oleh Oscar Wilde dan siterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Dion Yulianto. Menceritakan Dorian Gray, seorang anak muda yang dianugerahi oleh kelebihan fisik berupa paras wajah yang luar biasa menawan. Semua orang terpesona melihatnya, begitu indah sampai-sampai cermin pun mungkin terpesona saat memantulkan wajahnya. Keindahan paras inilah yang kemudian turut menjerat Basil Hallward seorang pelukis terkenal, sahabatnya, sehingga Basil pun memutuskan untuk melukis Dorian Gray agar keindahan itu tetap abadi di dalam kanvas. Saat itu usia Dorian 19 tahun .

Namun, ujian itu datang dalam bentuk Lord Henry, sahabat Basil. Lord Henry yang mengajak Dorian berbincang agar tidak jenuh ketika sedang menjadi model Basil ternyata memberi pengaruh besar pada pola pikir Dorian muda. Pria inilah yang kemudian datang dalam kehidupan Dorian yang semula polos, mencekokinya dengan pandangan-pandangan baru dan nyeleneh, hingga membuat anak muda yang polos itu berubah. Dia yang masih belum sepenuhnya terbentuk mulai tertarik dengan pola pikir yang ditawarkan Lord Henry untuk menikmati dunia. Tapi, ada satu hal yang tidak bisa dilawan siapa pun selain kematian yang niscaya: menjadi tua.

Lord Henry berkata benar ia tampan dan rupawan serta sinar wajahnya nampak begitu jelas karena Dorian masih muda (19 tahun). Lord Henry percaya Dorian yang tampan perlahan juga tentu akan menjadi tua. Dan berapa lamakah ketampanan yang ia miliki ini bertahan. Setelah lukisan Basil jadi, Dorian sadar bahwa ia tidak ingin kehilangan ketampanannya dari wajah mudanya. Hingga dia sangat menyayangi lukisan tersebut dan menyewa tukang kayu mahal yang dapat membuatkan figura megah untuk lukisan tersebut. Ketika figura dan lukisan mewah itu jadi, ia memajangnya di ruang kerja nya dan selalu memandang lukisan tersebut dengan hati yang bangga.

Racun Lord Henry masih terkenang nyata dalam pikiran Dorian dan semakin membuat Dorian galau. Lord Henry benar, ketampanannya hanya akan bertahan sebentar saja. Waktu akan mencuri sedikit demi sedikit dari dirinya. Ketika lukisan potret diri karya Basil itu selesai, Dorian baru menyadari betapa fana keelokan parasnya. Tanpa sadar, dia memohon dalam hati, entah kepada kekuatan apa, agar dirinya bisa tetap muda selamanya dan biarlah lukisan itu yang menua.

“Betapa menyedihkan! Aku akan semakin menua dan jelek, juga buruk rupa. Tapi, lukisan ini selamanya akan tetap muda…. Seandainya aku bisa tetap selalu muda, dan seandainya lukisan ini saja yang menua, bukannya aku! Seandainya bisa begitu, seandainya bisa seperti itu—aku rela memberikan segalanya. Ya, tidak ada hal lain yang kuinginkan di dunia ini melebihi keinginanku tersebut.”(Dorian Gray, hal. 53)

Permohonannya terkabul. Lukisan potret Dorian Gray karya Basil Hallward menjadi semacam sihir pemantul usia. Perjalanan waktu tidak bisa mengubah fisik Dorian. Pemuda itu tetap muda dan tampan sebagaimana remaja, sementara sosok dalam lukisan terus menua. Sayangnya, lukisan itu ternyata juga melambangkan kondisi jiwa pemiliknya. Kebusukan Dorian Gray juga akan turut terekam di dalamnya. Lukisan Dorian yang semula polos bak malaikat kecil perlahan-lahan bertransformasi menjadi berhati monster, ternodai dosa juga hasrat keji membara.  Dorian bukan lagi sosok polos seperti di awal buku.

“Baginya, lukisan potret itu adalah cermin yang paling ajaib. Tidak saja cermin itu menunjukkan bagaimana rupa raganya, tetapi juga wujud jiwanya. Dan ketika lukisan itu menua karena beban kehidupan, dirinya yang asli akan tetap muda dan bersemangat dalam kenikmatan kehidupan.” (hlm 142)

Awal lukisan berubah adalah saat Dorian jatuh cinta pada seorang artis opera, Sybil Vane, dan berniat akan menikahinya. Dorian lalu mengajak Basil Hallward dan Lord Henry menontonnya, tapi betapa kecewa dirinya karena akting Sybil Vane sangat jelek malam itu. Awalnya, Dorian jatuh cinta padanya karena ia sangat jenius dalam memerankan peran apapun, sehingga Dorian begitu kecewa dan meninggalkannya ketika aktingnya menjadi jelek. Saat itu ia mengajak Basil dan Lord Henry menonton pertunjukan yang jelek tidak seperti malam-malam sebelumnya.   Malam itulah, pertama kali Dorian menyadari bahwa lukisannya berubah rupa menjadi mengerikan, seolah menanggung dosanya.

Lord Henry mengiriminya sebuah novel Perancis yang berkisah tentang seorang pemuda Perancis dan perbuatan-perbuatan dosanya. Buku  berhasil meracuni Dorian, bahkan mungkin menjadi semacam panduan hidupnya. Bertahun-tahun berikutnya, Dorian menghabiskan masa mudanya dengan perbuatan-perbuatan amoral dan hedonistis. Di bawah pengaruh hedonis dari Lord Henry, Dorian mengeksplorasi sensualitasnya. Hidupnya untuk bersenang-senang dan tidak memedulikan aturan. Namun, saya agak tersakiti membaca perkataannya yang secara eksplisit menjelaskan kedudukan wanita di bawah pria. Dengan demikian jam demi jam, hari demi hari berlalu dan lukisan Dorian bertambah seram. Sejak awal ketika sang pembuat figura masuk untuk mengantar pesanan. Dorian selalu menutupi lukisan tersebut dengan kain yang lebar. Hingga si pembuat figura berkata ingin melihat lukisan tersebut dengan segera Dorian melarangnya dan menyuruh dia segera pergi setelah mengucapkan terimakasih.

Hingga suatu malam, ketika Hallward hendak berangkat ke Paris  dan berpikir untuk mengunjungi Dorian untuk mengonfirmasi gunjingan-gunjingan miring orang-orang terhadapnya, Dorian tak tahan lagi. Dan bertanya kepadanya tentang rumor sensualisme yang memanjakan dirinya. Dorian membawa Hallward ke loteng di bagian atas rumah yang tersembunyi, lembab dan terkunci rapat.   Ia menunjukkan pada Hallward lukisan karyanya yang berubah menjadi sangat mengerikan. Ia merasa Hallward-lah yang harus bertanggung-jawab atas kerusakan moralnya.

Dorian merasa sangat marah kepada Hallward, dan saat melihat lukisannya di loteng tersebut Dorian menusuknya hingga mati. Setelah Hallward mati, Dorian panik dan bingung melakukan apa. Lalu Dorian meminta seorang teman lama yaitu seorang ilmuwan, Alan Campbell, menggunakan ilmu kimia untuk menghancurkan tubuh Basil Hallward. Dan berhasil percobaan Campbell dengan bahan kimia dan memasukkan mayat Alan Campbell, menggunakan ilmu kimia untuk menghancurkan tubuh Basil Hallward ke dalam perapian di atas loteng.

Suatu malam Dorian berbicara kepada Lord Hanry bahwa ia ingin insyaf dan berbuat baik. Tetapi Lord Hanry justru mengatakan bahwa ia tak akan bisa merubah menjadi diri Dorian seperti dulu saat ia muda. Hal tersebut membuat Dorian memiliki kebencian terhadap temannya tersebut. Dan bayang-bayang pembunuhan terhadap Basil Hallward masih saja dipikirannya. Menganggu tidur malam dan mimpinya, kekhawatiran yang selalu ada dalam diri Dorian. Hingga ia memutuskan untuk melihat kembali lukisan dengan membuka kain unggu penutup lukisan tersebut. tidak menjadi lebih baik justru lukisan tampak lebih buruk dari sebelumnya. Tambah menyeramkan dan mengerikan, dia percaya bahwa lukisan tersebut adalah polisi moralnya.

Pada akhir cerita, dorian menggambil pisau yang telah ia gunakan untuk menusuk pembuat lukisan tersebut hingga mati. Dan kali ini ia akan merobek lukisan tersebut hingga terdengar jeritan suara benda jatuh dari atas loteng yang membuat orang disekitarnya heboh. Saat polisi, warga sekitar dan asisten rumah tangganya mencari sumber suara tersebut hingga ke atas loteng. Mengintip dari jendela loteng dan melihat lukisan Dorian muda yang tampang seperti sedia kala dan mengagumkan banyak orang. Serta ditemukan mayat seseorang yang tak tergeletak dibawahnya yaitu mayat Dorian.

 

Leave a comment