Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses turut serta atau berpartisipasi dalam suatu program, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Bukan berarti merobotkan masyarakat, tetapi mengembangkan keahlian dan kerjasama antar masyarakat. Pemberdayaan adalah kewajiban bersama antara pemerintah dan masyarakat. Artinya pemerintah mengadakan pemberdayaan top-down (dari atas ke bawah) dan masyarakat mengikuti pemberdayaan bottom-up (dari bawah ke atas). Pemberdayaan masyarakat yang benar adalah ketika adanya kesadaran dari masayarakat untuk berpartisipasi dalam program yang telah diadakan oleh pemerintah.

Pemberdayaaan masyarakat yang berasal dari pemerintah (top-down) biasanya diikuti dengan pembangunan fasilitas umum. Secara sederhana, lihat pembangunan yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta di kawasan Jebres Surakarta. Taman Sekartaji dibangun dengan desain taman yang menarik untuk pengunjungnya, juga dibangun pada tempat yang strategis, namun setiap hari taman ini sepi pengunjung. Pasar Pucangsawit yang sepi pengunjung dan Pasar Panggungrejo yang ditinggal pedagangnya. Dari berbagai permasalah diatas, masalah yang utama adalah kurangnya partisipasi masyarakat terhadap fasilitas umum yang telah dibangun pemerintah.

Bicara mengenai masalah pemberdayaan masyarakat, di kawasan Jebres Surakarta yang paling disoroti adalah Pasar Panggungrejo. Pasar yang dibangun pada jalan surya utama daerah Kentingan Surakarta ini, termasuk daerah strategis dengan kawasan padat penduduk terutama kontrakan mahasiswa. Kawasan ini adalah kawasan padat akan akitivitas mahasiswa. Namun dalam realitanya Pasar Panggungrejo yang sengaja dibangun dikawasan ini untuk mendukung aktivitas mahasiswa, justru menjadi tempat yang paling tidak diperhatikan keberadaannya.

Pembangunan Pasar Panggungrejo pada tahun 2009 oleh Pemerintah Kota Surakarta yang diresmikan Joko Widodo selaku walikota pada waktu itu. Dibangun diatas bekas makam seluas tiga ribu meter persegi, untuk merelokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) sepanjang jalan belakang kampus pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pedagang nakal dengan bebasnya mendirikan bangunan semi permanen disepanjang Jalan Ki Hajar Dewantoro yang membuat pemandangan kota kumuh dan tidak rapi. Setelah pembangunan Pasar Panggungrejo selesai pada Desember 2009, PKL belakang kampus UNS diminta pindah ke Pasar Panggungrejo. Awalnya para pedagang nurut dan mau dipindah ke Pasar Panggungrejo. Berbondong-bondong para pedagang pindah dan membuka lapak baru di pasar, berbagai jenis dagangan yang disediakan. Namun keunikan dari pasar ini adalah pasar yang menyedikan kebututuhan mahasiswa, bukan termasuk pasar kebutuhan pokok seperti pada umumnya. Berbagai jenis warung makan dengan berbagai menu seperti ayam geprek, nasi goreng, bakmi goreng, nasi sayur, juga terdapat angkringan dan lain-lain. Menyediakan barang-barang kebutuhan mahasiswa, seperti : air mineral dalam galon, gas, komputer, handphone, pulsa, tas, pakaian. Tak hanya itu, Pasar Panggungrejo juga banyak yang menyediakan jasa, seperti : laundry, reparasi komputer, permak, penjahit, warnet, pelayanan bayar listrik dan air.

Pasar yang dikelola langsung oleh Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta ini, berjalan kurang lebih dua tahun. Selama itu pasar ramai pengunjung , juga pedagang yang ada disana semakin bertambah. Namun, seiring waktu entah karena apa satu persatu pengunjung mulai menghilang dari pasar. Dengan berkurangnya jumlah pembeli yang ada, pedagang merasa keuntungan mereka semakin berkurang dan bahkan beberapa pedagang mengaku rugi dan tidak bisa balik modal.

 

KOMUNIKASI YANG KURANG

Dalam hal ini yang dimaksud adalah komunikasi dua arah antara pemerintah dengan masyarakat yang berkurang. Sisi lain pemerintah membuat suatu pembangunan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat yaitu Pasar Panggungrejo untuk masyarakat didaerah Kentingan. Begitu pasar resmi dibuka untuk umum, pemerintah mengadakan sosialisasi kepada masyarakat sekitar termasuk sosialisasi mengenai relokasi PKL belakang UNS ke Pasar Panggungrejo. Namun tampaknya sosialisasi juga sebagai ajang promosi tersebut hanya dilakukan satu kali ketika pembukaan pasar itu. Selanjutnya ya pemerintah membiarkan pasar tersebut jalan tanpa adanya sosialisasi lagi, tanpa promosi lagi. Padahal promosi sangat penting untuk mempublikasikan suatu fasilitas baru untuk masyarakat.

Pengakuan salah satu penggurus Pasar Panggungrejo dari Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta dalam wawancaranya mengatakan bahwa sosialisasi terus dilaksanakan hingga saat ini. Sosialisasi dilakukan baik kepada PKL yang masih berjualan disepanjang Jalan Ki Hajar Dewantoro, juga sosialisasi kepada masyarakat sekitar. Dari sisi pemerintah, mengatakan bahwa PKL belakang kampus UNS memang susah untuk direlokasi. Banyak alasan karena PKL tidak mau dengan peraturan yang ada di pasar, adanya tanggungan retribusi yang harus dibayarkan serta susahnya adaptasi pedagang yang semula berjualan dipinggir jalan sekarang harus berada dikios.

Namun pengakuan lain kita dapatkan dari narasumber yang berbeda mengaku bahwa pemerintah tidak pernah melibatkan warga sekitarnya untuk turut berpartisipasi dalam pengoperasian pasar ini. Beberapa warga sekitar pasar juga mengaku kurang memperhatikan tentang Pasar Panggungrejo. Kebanyakan pedagang yang menyewa kios adalah orang-orang yang jauh dari daerah Jebres, ada yang dari Karanganyar, Sragen dan bukan orang asli daerah Kentingan.

Bukan hanya warga sekitar Pasar Panggungrejo yang kurang memperhatikan pasar, namun kebanyakan mahasiswa UNS yang bertempat tinggal di daerah Kentingan belum tau tentang keberadaan pasar ini. Memang saya rasa lokasi pasar meskipun berada di Jalan Surya Utama yang padat akan aktivitas mahasiswa, namun lokasi pasar ini agak menjorok masuk ke belakang serta struktur tanah yang tidak rata. Para mahasiswa rantau yang kebanyakan nge-kos didaerah ini pun mengaku bahwa Pasar Panggungrejo kurang di ekspos kepada khalayak umum. Padahal promosi itu sangat perlu, bukan hanya sosialisasi kepada pedagang agar memanfaatkan pasar yang sudah dibangun pemerintah. Tapi untuk menghidupkan roda ekonomi pasar harus ada promosi agar banyak pengunjung pasar.

Kalau ada dua perbedaan pengakuan seperti yang telah saya paparkan diatas. Maka disitulah tampak jelas bahwa memang pada realitanya komunikasi antara pemerintah dan warga sekitar Pasar Panggungrejo kurang baik. Jadi pemerintah mendirikan suatu pasar dikawasan tersebut (top-down) , namun tanpa ada kerjasama dan respon dari warga sekitar (tanpa adanya bottom-up).

 

KESADARAN MASYARAKAT / SAMA-SAMA CUEK

Dalam berhubungan sosial bila merasa hubungan komunikasi tidak harmonis lagi. Pastilah ada salah satu pihak yang merasa tidak dihargai tentang keberadaannya. Dalam kasus ini, lebih tepatnya tidak dipasrahi tentang dibangunnya Pasar Panggungrejo.  Karena tidak dipasrahi itu, masyarakat sekitar Pasar Panggungrejo ya sama sekali tidak antusias terhadap adanya pasar itu. Jangankan untuk bertanggung jawab terhadap pasar yang ada diwilayah mereka, untuk turut berpartisipasipun mereka enggan. Karena memang dari awal pasar dibangun tanpa adanya kesepakatan dan kerjasama antara pemerintah dan warga sekitar. Hal ini menggambarkan kegagalan pemerintah dalam hal pemberdayaan masyarakat untuk menggunakan Pasar Panggungrejo.

Sikap cuek dari masyarakat sekitar pasar ini, merupakan suatu wujud pembalasan untuk pemerintah. Yang selama pembangunan pasar, mereka membangun tanpa berbicara dahulu dengan warga sekitar, mereka meresmikan pasar tanpa mengajak masyarakat untuk turut serta. Oleh sebab itu, sedikit sekali respon dari masyarakat sekitar untuk turut berjualan di Pasar Panggungrejo. Karena sesungguhnya masalah yang menjadi pokok adalah meskipun dalam sehari-hari dekat dengan Pasar Panggungrejo,namun masyarakat tidak ada rasa memiliki  pasar tersebut.

Jika seperti ini, semua permasalahan bukan terpusat pada pemerintah yang kurang memperhatikan warganya. Namun, warganya sendiri yang tidak memiliki niat baik untuk berubah dan sadar akan sekitar. Memang diawalnya salah pemerintah tidak berbicara dua arah dengan masyarakat sekitar. Namun, sekarang pasar sudah dibangun jadi dan dalam pengoperasiannya gagal dalam artian sepi pengunjung. Bukankan itu juga tanggung jawab kita sebagai masyarakat

 

BANYAK PERMASALAHAN

“ Pagi hari pasar masih sepi, siang harinya tetap sepi dan malam harinya ada beberapa aktivitas pada titik-titik lokasi tertentu. Keluhan-keluhan dari para pedagang yang memutuskan untuk tetap bertahan semakin terdengar. Masalah-masalah mulai nampak jelas”.

Infrastruktur pasar yang megah terdiri dari tiga bangunan utama yang memiliki tiga lantai. Kios-kios kecil berjajar rapi, dilengkapi ruang parkir yang luas untu para pengunjung. Serta fasilitas-fasilitas lainnya yang tetap ada, mushola yang tetap terjaga bersih, MCK yang masih berfungsi, aliran listrik yang masih menyala terang, aliran air yang mulai berkurang. Prihatin melihat hari demi hari semakin sepi suasana pasar, semakin kusam warna cat pada dinding bangunan dan beberapa kios tergenang air saat musim hujan tiba karena atapnya mulai rapuh. Sayang rasanya bila semua fasilitas yang ada di Pasar Panggungrejo ini terlantar dan hanya sedikit orang yang memanfaatkan.

Pertama, masalah pembeli sudah tampak jarang sekali berkunjung ke Pasar Panggungrejo. Lokasi pasar yang kurang strategis, meskipun pasar berada ditepi Jalan Surya Utama. Kurang strategis dalam artian jarak antara jalan utama menuju barisan kios-kios pedagang lokasinya agak menjorok kedalam. Alasan lain karena struktur tanah pasar yang sebelumnya adalah makam ini, strukturnya naik-turun. Yang menjadi alasan utama adalah lokasi parkir yang jauh dari kios-kios pedagang. Mahasiswa biasanya ingin kebutuhannya cepat terpenuhi, buat apa ke pasar kalo sudah banyak kios-kios pinggir jalan yang lebih mudah dan strategis untuk diakses. Lagi zamannya makanan delivery tanpa harus keluar kos atau kepasar terlebih dahulu, makanan bisa diantar ke kos.

Kedua, masalah pedagang yang satu persatu meninnggalkan Pasar Panggungrejo. Dari jumlah seluruh kios ada dua ratus kios, namun hingga kini hanya ada 29 kios yang masih digunakan. Dari 29 yang masih digunakan, tidak semua digunakan untuk berdagang. Ada yang digunakan untuk gudang online shop, ada yang digunakan untuk tempat sementara sebelum berjualan keliling, ada yang digunakan untuk tempat tinggal. Beragam alasan pedagang untuk meninggalkan Pasar Panggungrejo dari mulai alasan berkurangnya jumlah keuntungan yang didapatkan pedagang. Karena mereka rasa setelah pindah dari tempat PKL dulu ke pasar, jumlah pelanggan mereka berkurang dan itu berdampak pada penghasilan yang didapatkan. Setidaknya pedagang yang ada didalam pasar telah merasakan masa-masa pasar ramai pengunjung, yaitu saat dua tahun awal sejak pasar diresmikan. Setelah itu, pasar mulai sepi pengunjung, karena semakin lama pengunjung semakin berkurang dan akhirnya  satu persatu dari mereka yang memiliki modal untuk keluar dan meninggakan pasar.

Ketiga, masalah Pedagang Kaki Lima (PKL) yang tidak mau direlokasi dan tetap berdagang ditepi jalan. Alasan sama dengan sebelumnya, lagi-lagi masalah lokasi yang dirasa kurang strategis. Mereka berpikir kalau mereka ikut relokasi ke Pasar Panggungrejo akan kehilangan pelanggan yang sudah ia miliki. Kembali lagi takut akan keuntungan dari penghasilan yang didapatkan akan berkurang. Alasan lain yang bila berjualan ditepi jalan lebih bebas dan tidak terikat oleh peraturan-peraturan pasar seperti retribusi, listrik bulanan, dan sebagainya. Ada yang mengaku bahwa tarif retribusi dianggap kemahalan bagi PKL.

Berbagai upaya telah dilakukan dari pemerintah yang menurut pengakuannya sampai sekarang tetap mengajak PKL untuk relokasi. Selain itu ada beberapa gerakan sosial yang peduli akan Pasar Panggungrejo. Yaitu dahulu pernah ada acara bazar yang diadakan oleh mahasiswa UNS diarea Pasar Panggunrejo, namun yang sangat disayangkan kenapa acara tersebut hanya diselenggarakan untuk sementara. Bila adanya niat dari mahasiswa untuk turut berpartisipasi dengan ikut berjualan, untuk kepemilikan kios di Pasar Panggungrejo modelnya sewa kios dengan membayar retribusi sebesar Rp.2000/per hari. Dengan jumlah itu, cukup murah dengan tambahan listrik dan air. Bila yang berdagang mahasiswa bisa jadi pasar jadi ramai kembali. Biasanya jika mahasiswa berdagang, pastilah mengajak atau mempromosikan dagangannya yang ada di Pasar Panggungrejo.

Pada initinya adalah kembali pada komunikasi, komunikasi baik antar pemerintah dengan masayarakat, masyarakat pada pemerintah dan masyarakat kepada masyarakat. Kenapa komunikasi menjadi penting? Karena dalam hal pemberdayaan masyarakat perlu adanya obrolan lebih lanjut mengenai sesuatu hal. Dengan komunikasi juga kedua belah pihak bisa saling memberi masukan, solusi, kritikan guna untuk meningkatkan kualitas pemberdayaan.

Leave a comment