Struktur Majemuk Masyarakat Indonesia

Masyarakat Indonesia terbagi atas kelompok-kelompok manusia, dan kita mengenal pendekatan fungsionalisme struktural yang menginegrasikan masyarakat melalui konsensus bersama. Sementara hal tersebut dikritik oleh David Lockwood dengan pendekatan konflik, konflik dapat mengintegrasikan masyarakat. Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat unik. Secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan suku-bangsa, erbedaan-perbedaan agama, adat serta perbedaan kedaerahan.  Secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.

Menurut Furnivall, masyarakat Indonesia pada masa Hindia-Belanda merupakan suatu masyarakat majemuk (plural societies) yakni suatu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri tanpa adanya pembauran satu sama lain di dalam suatus kesatuan politik. Berikut adalah lapisan masyarakat ketika pemerintahan Hindia-Belanda :

  • Orang-orang Belanda, sebagai golongan minoritas namun mereka yang memiliki kekuasaan untuk memerintah warga Indonesia (pribumi).
  • Orang-orang Tionghoa, termasuk golongan terbesar diantara orang-orang Timur Asing lainnya, menempati kedudukan kedua.
  • Orang-orang Pribumi, yaitu golongan asli orang yang bertempat tinggal di Indonesia.

Berikut adalah kehidupan pada masa penjajahan Belanda : Dalam bidang POLITIK, masyarakat Indonesia bersifat majemuk adalah dengan tidak adanya kehendak bersama. Masyarakat Indonesia sebagai keseluruhan terdiri dari elemen-elemen yang terpisah satu sama lain oleh karena perbedaan ras, masing-masing lebih merupakan individu daripada keseluruhan yang bersifat organis dan sebgai individu kehidupan sosial mereka tidak utuh. EKONOMI, dalam kehidupan ekonomi tidak adanya kehendak bersama menemukan pernyataan tidak adanya ermintaan sosial yang dihayati bersama oleh seuruh elemen masyarakat. Tidak adanya permintaan sosial yang dihayati bersama oleh semua elemen masyarakat menjadi sumber yang membedakan karakter daripada ekonomi majemuk. Apabila proses ekonomi di dalam masyarakat yang bersifat homogenous dikendalikan oleh adanya common will, maka hubungan sosial di elemen masyarakat majemuk sebaliknya semata-mata dibimbing proses ekonomi. Di bidang ekonomi masing-masing ras memiliki dungsi produksi sendiri : orang-orang Belanda dalam bidang perkebunan, orang-orang Pribumi dalam bidang pertanian dan orang-orang Tionghoa dalam bidang pemasaran.

Telah diuraikan diatas merupakan gambaran masyarakat majemuk pada masa Hindia Belanda, tidak perlu untuk melihat masyarakat majemuk di era sekarang. Namun konsep masyarakat majemuk tetap dapat kita pergunakan untuk melihat masyarakat Indonesia masa kini. Dapat kita simpulkan konsepsi Furnivall adalah suatu masyarakat dalam mana sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial yang menjadi bagian-bagian  adalah sedemikian rupa sehingga para anggota kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai keseluruhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan atau bahkan kurang memiliki dasar-dasaruntuk saling memahami satu sama lainnya.

Pieere L.Van den Berghe menyebutkan beberapa karakteristik berikut sebagai sifat-sifat dasar dari suatu masyarakat majemuk yaitu :

  • Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang seringkali memiliki sub-kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
  • Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non-komplementer.
  • Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar.
  • Secara relatif sering kali mengalami konflik-konflik di antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
  • Secara relatif integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi.
  • Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang lain.

Sejak Indonesia merdeka 17 Agustus 1945, golongan pribumi memiliki prularitas dari dalam bangsanya sendiri. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pluralitas masyarakat Indonesia.

  1. Keadaan geografis yang membagi wilayah Indonesia atas kurang leboh 3.000 pulau yang terserak di suatu daerah ekuator sepanjang kurang lebih 3.000 mil dari timur ke barat dan lebih dari 1.000 mil dari utara ke selatan. Isolasi geografis mengakibatkan penduduk menempati setiap pulau di Nusantara ini tumbuh menjadi satu kesatuan suku bangsa yang sedikit banyak terisolasi dari satu kesatuan suku bangsa yang lain. Tiap kesatuan suku bangsa terdiri dari sejumlah orang yang dipersatukan ikatan-ikatan emosional serta memandang diri mereka masing-masing sebagai suatu jenis tersendiri.
  2. Keadaan starategis Indonesia, kenyataan bahwa Indonesia terletak di antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Hal tersebut mempengaruhi terciptanya pluralitas agama di dalam masyarakat Indonesia., karena letaknya di tengah lalu lintas perdagangan laut masyarakat memperoleh berbagai kebudayaan dari pedagang asing.
  3. Pengaruh pertama kali menyentuh masyarakat Indonesia adalah kebudayaan Hindu dan Budha dari India sejak 400 tahun Sesudah Masehi. Pulau Jawa dan Pulau Bali yang mendapat pengaruh besar agama Hindu dan Budha. Namun yang lebih mayoritas agama Hindu Budha adalah di Pulau Bali
  4. Pengaruh kebudayaan Islam mulai memasuki masyarakat Indonesia sejak abad ke 13, akan tetapi baru benar-benar mengalami proses penebaran yang meluas sepanjang abad ke 15, pengaruh Islam tertanam kuat di daerah dimana pengaruh Hindu-Budha kurang tertanam kuat. Di luar Jawa, hasilnya timbul golongan Islam modernis terutama di daerah yang strategis jalur perdagangan internasional. Golongan Islam konservative-tradisionalist di daerah pedalaman.
  5. Pengaruh kebudayaan Barat mulai memasuki masyarakat Indonesia melalui kedatangan bangsa Portugis pada permulaan abad ke 16. Kedatangan mereka ke Indonesia tertarik oleh kekayaan rempah-rempah di daerah Maluku, suatu jenis barang dagangan yang sedang laku keras di Eropa pada waktu itu. Kegiatan missionaris yang menyertai kegiatan perdagangan mereka, berhasil menanamkan pengaruh agama Katholik di daerah tersebut. Ketika bangsa Belanda berhasil mendesak bangsa Portugis keluar dari daerah tersebut pada tahun 1600-an, maka pengaruh agama Katholik segera digantikan oleh pengaruh agama Protestan.

Hasil final daripada  semua pengaruh kebudayaan tersebut kita jumpai dalam bentuk pluralitas agama di dalam masyarakat Indonesia. Berbeda disetiap daerah dan agama yang dominan di daerah tersebut.

  1. Iklim dan struktur tanah yang tidak sama antara berbagai daerah di kepulauan Nusantara ini, merupakan faktor yang menciptakan pluralitas regional di Indonesia.perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah merupakan kondisi yang menciptakan dua macam lingkungan ekologis yang berbeda di Indonesia yakni : daerah pertanian sawah (Jawa, Bali) , pertanian ladang (luar Pulau Jawa). Keadaan lingkungan juga mempengaruhi keadaan ekonomi, bila dilihat petani di Pulau Jawa hanya memiliki tanah da hasilnya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, namun petani di luar pulau Jawa hasil pertaniannya dapat memenuhi kebutuhan pasar. Dari hal diatas petani dalam bidang sosial budaya, unit kemasyarakatan untuk mengintegrasikan berbagai desa.

Struktur Masyarakat Horizontal dan Vertikal

Perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, dan regional diatas merupakan dimensi-dimensi horizontal daripada struktur masyarakat Indonesia. Sementara itu, dimensi vertikal struktur masyarakat Indonesia yang menjadi semakin penting artinya dari waktu ke waktu, dapat kita saksikan dalam bentuk semakin tumbuhnya polarisasi sosial berdasarkan kekuatan politik dan kekayaan. Dengan semakin meluasnya pertumbuhan sektor ekonomi modern beserta organisasi administrasi nasional yang mengikutinya, maka kontras pelapisan sosial antara sejumlah orang secara ekonomi dan politis berposisi lemah pada lapisan bawah, dan sejumlah kecil orang yang relatif kaya dan berkuasa pada lapisan atas semakin mengeras. Di dalam struktur ekonomi , dua macam sektor ekonomi yang sangat berbeda sekali wataknya

  • Sektor pertama berupa struktur ekonomi modern yang secara komerial lebih bersifat canggih banyak bersentuhan dengan lalu lintas perdagangan internasional, motif keuntungan maksimal. Golongan ini kebanyakan berada di daerah metropolitan dimana pusat kekuasaan pemerintah dan kegiatan ekonomi berada.
  • Sektor kedua yaitu struktur ekonomi pedesaan yang bersifat tradisional berorientasi pada sikap konservatif, motif memelihara keamanan, lebih berorientasi pada kepuasan bukan keuntungan.

Dapat disimpulkan dari ringkasan yang telah saya paparkan diatas bahwa kita hidup di Indonesia yang termasuk nergara majemuk dengan keberagaman suku, ras, bahasa, agama, adat istiadat dan sebagainya. banyak faktor yang mengakibatkan keberagaman tersebut antara lain adalah faktor geografi, faktor pengaruh dari luar kebudayaan, faktor ilklim atau lingkungan sekitar. Sehingga, terciptalah berbagai budaya yang ada di Indonesia sejak zaman dahulu mulai dari masa Hindia Belanda sampai sekarang kemajemukan masyarakat Indonesia semakin kompleks. Dari kemajemukan asyarakat Indonesia terciptanya struktur sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Yaitu struktur sosial horizontal dan struktur sosial vertikal. Struktur sosial horizontal adala perbedaan dilihat dari suku, ras, agama, bahasa, adat. Sedangkan struktur sosial vertikal dilihat dari kekayaan atau tingkat ekonomi, kekuasaan atau politik, pendidikan dan sebagainya.

Leave a comment